Seminar Kebangsaan LBS 2024: Pentingnya Pengamalan Pancasila bagi Gen Z

Jumat, 14 Juni 2024 | 19:43 WIB



Seminar Kebangsaan LBS 2024: Pentingnya Pengamalan Pancasila bagi Gen Z

JAKARTA - Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik Lentera Mondial atau dikenal dengan nama Lemondial Business School menggelar Seminar Kebangsaan pada Jumat, 14 Juni 2024.

Seminar nasional ini dilaksanakan untuk mengenang Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni lalu.

Seminar dihadiri sekitar 100 peserta di Aula Lemondial Business School dan 80 peserta online (Zoom). Mereka berasal dari kalangan mahasiswa, pelajar, guru, aktivis, dan civitas akademika LBS.

Peserta Seminar Kebangsaan Lemondial Business School, Jumat 14 Juni 2024.

Tiga narasumber dari berbagai latar belakang hadir memberikan materi yang sangat relevan dengan perkembangan atau dinamika kehidupan bangsa Indonesia saat ini, terutama kaum muda.

Musisi top tanah air, Yosi Mokalu atau Yosi Project Pop turut memberikan inspirasi bagi generasi muda. Peraih Panasonic Gobel Awards 2015 ini membawakan motivasi dengan semangat yang berapi-api untuk membakar semangat generasi muda.

Dua narasumber lainnya adalah Kolonel Inf. Adang Suherlan, S.Sos selaku Kepala Sub Direktorat Lingkungan Pendidikan Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan RI dan Ary Lestari, S.E., M.Han. selaku Ketua Umum Pemuda Pemudi Bela Negara (PPBN) Republik Indonesia. Seminar dimoderatori oleh Dr. Diyan Putranto, SE., MM selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik LBS.

Narasumber dan pimpinan Yayasan Saint Mary International dan Lemondial Business School foto bersama usai Seminar Kebangsaan di LBS, Jumat, 14 Juni 2024.

Ketua Yayasan Saint Mary International Mohammad Hanafi menyampaikan terima kasih kepada ketiga narasumber yang telah bersedia memenuhi undangan Lemondial Business School membawakan materi yang sangat sesuai dengan visi kampus.

Pengusaha logistik ini menegaskan bahwa dewasa ini banyak industri tidak begitu memberikan atensi pada nama besar kampus atau status akreditasi perguruan tinggi ketika mereka merekrut pekerja.

Menurut dia, hal yang esensial dalam rekrutmen tenaga kerja telah bergeser dari kualitas perguruan tinggi kepada kualitas diri seorang tenaga kerja.

Kompetensi dan soft skill adalah dua hal pokok yang menjadi acuan atau KPI industri zaman mutakhir dan soft skill tersebut diasah melalui fondasi pembentukan karakter yang mumpuni oleh perguruan tinggi. Salah satunya melalui penguatan literasi nilai-nilai Pancasila.

"Di dunia industri, kami tidak terlalu peduli dengan nama besar sebuah kampus. Kami tidak mempertanyakan akreditasi kampus kamu apa. Orang Amerika mengatakan 'you get paid what you deliver'. Kalau kita bekerja tidak menghasilkan tidak mungkin dibayar," tandas Hanafi.

Ancaman Degradasi dan Pentingnya Pancasila

Dalam pemaparannya dengan tema "Pancasila dalam Pendidikan", Kolonel Adang mengakui bahwa realitas kebangsaan dewasa ini cukup ironis dan bahkan mengarah kepada ancaman atau bahaya.

Menurut dia, telah terjadi degradasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan Generasi Z. Realitas ini akan mengancam ketahanan, keutuhan dan keselamatan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam jangka panjang.

"Sangat ironis, kalau zaman dulu Pancasila itu di luar kepala, sekarang anak-anak lebih tahu yang lain. Mudah-mudahan dengan kesempatan kita mulai menyadari bahwa kita ini bangsa yang besar. Mungkin perlu melihat 10 tanda kehancuran bangsa apabila kita tidak peduli dengan masalah ini," katanya.

Kolonel Anang memaparkan bahwa setidaknya terdapat 10 tanda kehancuran bangsa jika kalangan generasi muda tidak sadar dan segera memperbaiki diri untuk kelangsungan negara:

  1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja
  2. Budaya ketidakjujuran
  3. Sikap fanatik terhadap kelompok tertentu
  4. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
  5. Semakin kaburnya moral baik dan buruk
  6. Penggunaan bahasa yang memburuk
  7. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas
  8. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai pribadi dan warga negara
  9. Menurunnya etos kerja dan adanya rasa saling curiga
  10. Kurangnya kepedulian di antara sesama

Untuk menyikapi ancaman degradasi Pancasila dalam kehidupan generasi masa kini, Kolonel Adang mengajak generasi muda untuk terlibat dalam aksi bela negara. Ini adalah tekad, sikap atau perilaku untuk mempertahankan keutuhan, kedaulatan, ketahanan dan keselamatan bangsa dan negara.

"Ada lima nilai dasar bela negara, yaitu cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setiap pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara," urainya.

Hal ini ditegaskan Yosi Project Pop dalam paparannya "Motivasi bagi Generasi Z. Dengan penuh semangat Yosi memotivasi para pelajar dan mahasiswa untuk peduli pada Pancasila dan menganggap ideologi negara ini sebagai entitas yang penting dalam hidup.

"Tadi Pak (Kolonel) Adang sebut ada (10) tanda bahaya. Salah satunya kepedulian kita sudah mulai menurun," tukas personel Project Pop ini.

Yosi, yang juga dikenal sebagai aktor, penyanyi, pembawa acara, penyiar radio dan pelawak ini mengajak generasi muda untuk melakukan dua hal pokok, yaitu berpikir absolut dan peduli pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepedulian yang dimaksudkan Yosi adalah bentuk kepedulian yang berpuncak pada sikap rela berkorban sebagaimana kisah Joni dari NTT yang rela memanjat tiang bendera ketika melihat tali bendera tersangkut.

Sedangkan berpikir absolut maksudnya adalah suatu kesadaran akan eksistensi diri dengan misalnya menerima kenyataan bahwa kita lahir dan hidup di negara seperti Indonesia yang majemuk.

"Kalau teman-teman masih mulai mencari identitas, mulailah dengan berpikir absolut. Kamu adalah kamu, diciptakan untuk Indonesia dan manfaat untuk Indonesia," pungkasnya.

Sementara itu, Ary Lestari dalam paparannya berjudul "Pengamalan Pancasila pada Pekerjaan" menegaskan bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan pekerjaan.

Di tengah disrupsi teknologi 4.0, mahasiswa atau pelajar adalah generasi terdidik yang akan memasuki dunia kerja yang kompetitif sehingga mereka perlu memiliki sikap, perilaku dan komitmen yang kuat pada nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara.

"Pancasila sebagai ideologi nebara tidak bisa diganggu gugat opleh ideologi apapun," tandasnya.

Ary menggarisbawahi bahwa perkembangan teknologi telah menggeser dan mengubah perilaku manusia. Namun demikian, generasi muda harus memiliki kepribadian yang berbudaya Indonesia sehingga mereka tidak terbawa arus perubahan zaman.

Generasi muda juga perlu banyak belajar, meningkatkan kompetensi diri, memperluas pergaulan atau jejaring sehingga menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara di masa depan.

"Kalau saya perhatikan, anak-anak sekarang sebut dengan kaum rebahan, padahal waktu itu tidak bisa diputar kembali. Jadi adik-adik harus tetap semangat, dan kita percaya bahas bangsa Indonesia itu hebat," tukas alumnus Universitas Pertahanan ini.

Ary yang juga adalah Direktur Pengembangan Bisnis Mirage Defence by M Group Asia ini mengurai bentuk-bentuk aktualisasi nilai Pancasila dalam dunia kerja.

Pengamalan Sila I:

  1. Melihat kerja sebagai Ibadah sehingga selalu bersyukur atas pekerjaan yang diamanahkan Tuhan
  2. Takut kepada Tuhan dengan berhati-hati dalam bekerja, menjauhi kejahatan, seperti praktek korupsi dan yang merugikan perusahaan tempat bekerja
  3. Tidak mengganggu, menghalangi-halangi atau menghina rekan yang berlainan agama dalam beribadah
  4. Mengutamakan kejujuran di atas segalanya
  5. Percaya bahwa Tuhan memberikan kelebihan dan kekurangan kepada setiap manusia, maka kita harus selalu mengembangkan setiap potensi

Pengamalan Sila II:

  1. Menolong teman yang kesulitan
  2. Bersikap adil, tidak membeda-bedakan dalam memilih bawahan, rekan kerja mitra dan pembeli
  3. Sikap berbagi baik ilmu maupun hal positif lainnya
  4. Bersedia meminta maaf atau memaafkan
  5. Hormat kepada pimpinan

Pengamalan Sila III:

  1. Membangun kerja sama dalam kerja
  2. Berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
  3. Tidak membeda-bedakan tim di kantor

Pengamalan Sila IV:

  1. Bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah
  2. Berani memberikan usulan, interaktif, jangan pasif
  3. Menerima kekalahan dengan ikhlas
  4. Berani mengungkapkan kesalahan
  5. Berani menegur rekan kerja
  6. Melaksanakan aturan dan keputusan dengan ikhlas

Pengamalan Sila V:

  1. Pimpinan memberikan tugas yang merata sesuai kemampuan anak buah
  2. Pemimpin memberikan pujian kepada karyawan yang berprestasi
  3. Pemimpin merekrut karyawan berdasarkan kompetensi
  4. Pemimpin peduli terhadap anggota tim dari terendah sampai tertinggi