lemondial-business-school

Saint Mary's College Resmi Berubah Nama Menjadi LeMondial Business School

Selasa, 17 Oktober 2023 | 17:10 WIB



Saint Mary's College Resmi Berubah Nama Menjadi LeMondial Business School

JAKARTA - Saint Mary's College Jakarta resmi berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik (STIM-PAL) Lentera Mondial atau dikenal dengan nama LeMondial Business School.

Perubahan nama tersebut diresmikan melalui Perayaan Ekaristi dan pemberkatan prasasti bersamaan dengan perubahan nama Yayasan Saint Mary International menjadi Yayasan Maria de Fatima yang diselenggarakan di Aula Kampus LeMondial Business School pada Jumat (13/10).

Digelar dengan undangan terbatas, acara peresmian dan pemberkatan Kampus LBS dihadiri oleh Dewan Pembina Yayasan Saint Mary International, Linawati Dorahman, Ketua Yayasan Saint Mary International Mohammad Hanafi, Sekretaris Yayasan Saint Mary International Erijanto Djajasudarma, Ketua LBS Fransiskus Amonio Halawa, S.Kom., MM, Pemimpin Perusahaan Majalah HIDUP Freddy Yuwono, dan para dosen LBS.

Hadir pula perusahaan mitra strategis LBS, antara lain PT Sentral Layanan Prima (anak perusahaan BCA) dan PT SOS Indonesia.

Ketua LBS, Fransiskus Amonio Halawa dalam sambutannya mengatakan peresmian Kampus LBS dilakukan berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 669/E/O/2023 yang diterbitkan pada 18 Agustus 2023.

SK tersebut menyetujui usulan perubahan nama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Saint Mary menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik (STIM-PAL) Lentera Mondial atau LeMondial Business School.

Perubahan nama tersebut dilakukan dalam rangka transformasi kelembagaan perguruan tinggi merespons kebutuhan pasar dan disrupsi teknologi.

"Rencana perubahan nama ini dilakukan sejak tahun 2022 lalu," kata Fransiskus.

Kendati nama kampus telah dirubah, kata Frans, demikian sapaannya, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat di Jakarta dan sekitarnya umumnya masih sangat akrab dengan nama Saint Mary.

Untuk itu, Fransiskus menandaskan akan melakukan rebranding perguruan tinggi dengan mahasiswa, dosen, maupun manajemen yang lebih baik lagi.

Jika Saint Mary pada masa lalu terkenal sebagai kampus pencetak profesional sekretaris, maka di masa depan LBS harus mampu mencetak lulusan yang tetap mempertahankan reputasi Saint Mary dengan kompetensi yang lebih relevan dan mumpuni sesuai kebutuhan masa kini.

Fokus pada "Quality"

Sementara itu, Ketua Yayasan Saint Mary International Mohammad Hanafi dalam sambutannya mendorong agar LBS lebih fokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

Menurut Hanafi, nama atau akreditasi kampus bukanlah hal yang penting dalam mencetak profil lulusan yang kompeten. Yang terpenting adalah SDM berkualitas yang siap diserap oleh industri.

"Di industri, perusahaan tidak mau bertanya calon karyawan itu dari perguruan tinggi apa. Tidak penting nama besar perguruan tinggi apalagi ditanya tentang akreditasi. Kita juga tidak peduli itu. Terlepas bagaimana proses yang terjadi, di industri ssederhana pandangannya bahwa kalau orang Amerika mengatakan: 'you get paid what you deliver'," katanya.

Hanafi yang merupakan pakar logistik menggarisbawahi empat langkah strategis yang perlu dilakukan oleh LBS ke depan. Keempat strategi tersebut merupakan standar yang perlu dibangun untuk mencetak SDM yang unggul dan kompeten.

Hal ini berangkat dari pengalaman bahwa banyak mahasiswa yang magang di industri pada akhirnya menjadi "liabilitas" bagi perusahaan ketimbang sebagai solusi.

"Pertama, harus quality focus. Yang kedua harus cost focus. Yang ketiga technology focus, dan yang keempat harus research based focus," tuturnya.

Hanafi berharap dengan wajah barunya, LBS mampu menjadi lembaga pendidikan tinggi yang mendidik dan mengembangkan kompetensi serta ketrampilan mahasiswa secara intensif di tengah disrupsi industri.

"Banyak sekali perubahan, tidak hanya teknologi, kalau kita bicara industri pun banyak bisnis model yang berubah," ucapnya.