lemondial-business-school

Kenali Wisata Ramah Muslim di AS, Mahasiswa dan Dosen LBS Ikuti Diskusi Travel Halal di Kedubes AS

Kamis, 02 Mei 2024 | 16:46 WIB



Kenali Wisata Ramah Muslim di AS, Mahasiswa dan Dosen LBS Ikuti Diskusi Travel Halal di Kedubes AS

JAKARTA - Civitas akademika Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik atau LeMondial Business School (LBS) mengikuti diskusi yang digelar oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Diskusi dilaksanakan pada Rabu, 24 April 2024 dengan tema "Exploring Muslim-friendly Travel in USA". Tema ini diangkat dengan tujuan menyoroti kehidupan Muslim di AS mulai dari makanan halal, fasilitas ibadah serta tempat-tempat Islam lainnya.

Acara diskusi ini diikuti oleh 52 mahasiswa dari berbagai program studi dan empat dosen LBS.

Keempat dosen yang turut mendampingi para mahasiswa, yaitu Wakil Ketua I Bidang Akademik Dr. Diyan Putranto, S.E., MM., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Runi Yulianti Togubu, SST.Par., M.Par., Kaprodi D3 Sekretari Laurensius Reynald D. Due, S.Pd., M.Pd dan Kaprodi S1 Logistik Rahmat Darmawan, S.T., M.T.

Wakil Ketua 1 Bidang Akademik LBS, Dr. Diyan Putranto, S.E., MM

Diskusi menghadirkan tiga pembicara yakni penasihat halal travel asal AS Shahed Amanullah, Ketua Dewan Pengawas Indonesian Tour Leader Association (ITLA) Tetty Ariyanto dan jurnalis Ariono Arifin.

Atase Perdagangan AS untuk Indonesia Melissa Marszalek mengatakan diskusi travel halal ini diselenggarakan sejalan dengan inisiatif Kedubes AS yang ingin memperkenalkan jenis-jenis perjalanan yang ramah Muslim di negara Paman Sam.

Hal itu penting agar ada pemahaman baru dari generasi muda Indonesia untuk melihat AS sebagai negara yang ramah pada semua agama, terutama perhatian negara adidaya ini pada isu keberagaman.

Dengan demikian, dapat mendorong lebih banyak lagi pengunjung dari Indonesia untuk melakukan perjalanan ke AS dan bisa merasakan model kehidupan yang ramah Muslim.

"Mudah-mudahan ini akan membantu mendorong lebih banyak pariwisata," katanya.

Marszalek menambahkan bahwa salah satu penopang utama AS adalah keberagaman. Sama halnya dengan Indonesia, AS dikenal sebagai negara dengan tingkat kemajemukan yang tinggi.

"Keberagaman, inklusi dan saling menghormati adalah komponen utama yang dipegang teguh orang Amerika," pungkasnya.

Dalam sesi diskusi, Shahed Amanullah menjelaskan bahwa yang dimaksud “perjalanan ramah Muslim" adalah sebuah destinasi yang menarik bagi siapa saja, di mana adanya penegakan hukum yang menghormati Islam, lembaga yang melayani kebutuhan dasar umat Islam, kemampuan untuk diakui sebagai Muslim dengan aman, berinteraksi dengan komunitas Muslim setempat dan melihat Muslim dalam lanskap Amerika.

Dia juga menceritakan perkembangan Muslim di Amerika, di mana sejak 2.000 jumlah masjid di sana mengalami peningkatan tiga kali lipat.

"Muslim telah mencapai keunggulan dalam politik, media, bisnis dan bidang kehidupan publik lainnya. Muslim juga sedang mengembangkan identitas Amerika Multikultural mereka yang unik," katanya.

Sementara itu, Tetty Ariyanto mengatakan bahwa ada sejumlah poin yang harus dimiliki seorang tour leader yakni competent, qualified dan certified.

"Yang disertifikasi tidak hanya pendidikan, namun juga pelatihan serta pengalaman selama menjalani profesi dan buktinya bisa dalam bentuk sertifikat dan testimoni dari klien atau surat tugas dan kontrak kerja," katanya.

Tetty berharap agar diskusi perjalanan ramah Muslim tersebut dapat menjadi pembuka jalan untuk memulai suatu perjalanan di mana kunjungan ke Amerika dapat menjadi lebih menyenangkan bagi orang-orang yang memiliki keyakinan tertentu.

"Ya mudah-mudahan membuka jalan dan ini terus berkelanjutan. Kitalah pembawa berita baik yang kredibel dan berintegritas itu. Terlebih ini adalah hubungan 75 tahun Indonesia dan Amerika," ucapnya.