Gelar Natal Bersama, Ini Pesan Ketua LeMondial Business School
Selasa, 23 Januari 2024 | 10:15 WIB
JAKARTA - Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik Lentera Mondial (STIM-PAL LeMondial) atau LeMondial Business School menyampaikan "Pesan Natal" dalam momen Natal Bersama yang diselenggarakan pada Sabtu, 20 Januari 2024.
Perayaan Natal Bersama ini diselengarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan diikuti oleh civitas akademika dengan tema "Melangkah Bersama, Berbagi Kebahagiaan, Meraih Masa Depan."
Bersamaan dengan perayaan Natal Bersama, BEM LBS juga mengadakan pelantikan kepengurusan BEM baru untuk periode 2023-2025.
Dalam arahannya, Ketua LBS Fransiskus Amonio Halawa menekankan beberapa Pesan Natal sebagaimana layaknya dalam tradisi Kristiani. Pesan-pesan tersebut dibagi ke dalam dua bagian yaitu hal-hal yang perlu dilakukan dan hal-hal yang perlu dihindari.
Untuk hal-hal yang harus dilakukan terdapat 3K, yaitu kritis, kreatif dan kompeten. Ini adalah "nutrisi" yang wajib diasup mahasiswa.
Menurut Frans, mahasiswa LeMondial Business School harus bersikap kritis dan berwawasan luas. Kritis berarti mampu menyajikan argumentasi yang rasional, berbasis data dan fakta. Mahasiswa dituntut untuk berpikir ilmiah dan membudayakan sikap kritis dalam merespons perubahan.
Tuntutan kedua adalah kreatif. Mahasiswa LBS harus mampu menciptakan kreativitas sebagai buah dari ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Sikap kreatif merupakan fondasi yang diperlukan dalam dunia kerja. Dengan kreativitas yang tinggi, mahasiswa dapat melakukan inovasi keilmuan untuk menciptakan nilai tambah dalam masyarakat.
Tuntutan yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi. Frans menilai bahwa kompetensi merupakan salah satu prasyarat utama dalam dunia kerja dewasa ini. Bahwa banyak lulusan yang pada akhirnya menganggur karena tidak memiliki komptensi yang dibutuhkan industri.
"Sekarang ini kita lihat ekonomi dunia sedang susah dan banyak yang nganggur. Mengapa terjadi banyak pengangguran karena banyak lulusan yang tidak punya kompetensi khusus," katanya.
Frans menekankan pentingnya kompetensi khusus di tengah persaingan pasar kerja yang kompetitif. Mahasiswa diminta agar sungguh-sungguh belajar dan berinovasi agar lebih siap dalam memasuki dunia kerja.
"Setiap orang harus minimal memiliki satu kompetensi khusus. Jika lebih itu sangat bagus karena bisa membuat kita lebih cepat masuk ke pasar kerja," ujarnya.
3K yang Perlu Dihindari
Selain hal-hal yang perlu dilakukan, Frans juga menggarisbawahi terkait hal-hal yang perlu dihindari dalam "Pesan Natal"-nya.
Seperti ketiga hal yang perlu dimiliki, hal-hal ini juga mencakup 3K. Pertama, kudis atau kurang disiplin. Dia mendorong mahasiswa agar lebih disiplin dalam belajar. Jangan sampai pembelajaran terbengkalai hanya karena sikap malas dan acuh tak acuh.
Hal kedua yang perlu dihindari dari seorang mahasiswa adalah kuman alias kurang mandiri. Menurut Frans ini penting mengingat perkembangan teknologi semakin memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan, termasuk ujian.
Bantuan teknologi artificial inteligence (AI) dikhawatirkan memanjakan mahasiswa sehingga tidak lagi mandiri dalam berpikir dan melahirkan intelektualisme yang tidak otentik.
Frans juga melihat bahwa problem K terakhir yang dihadapi mahasiswa adalah terkait kurang rapi. Hal ini digarisbawahi karena terdapat kecenderungan mahasiswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Misalnya ketika diberikan tugas, mahasiswa kerapkali mengerjakan secara asal-asalan.
Frans berpesan agar mahasiswa LBS seharusnya menghindari ketiga "penyakit" tersebut dengan menonjolkan ketiga "nutrisi" yang kiranya dapat menumbuhkan semangat untuk maju secara mandiri dan otentik.
"Semoga ini bisa berguna untuk kemajuan kita ke depan," ungkapnya.